Rabu, 29 April 2015
FUNFUTSAL IMM Cabang Cirendeu
JAKARTA, FUNFUTSAL merupakan salah satu program kerja bidang Seni, Budaya, dan Olahraga (SBO) IMM Cabang Cirendeu. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan futsal dilaksanakan di lapangan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Sama seperti dengan nama kagiatannya, FUNFUTSAL ini hanya bertujuan untuk refreshing dan silaturahmi antar kader IMM se-Cirendeu."Kenapa dinamakan FUNFUTSAL? Karena tujuan kita di sini untuk bersenang-senang, nggak serius-serius futsalnya kayak kompetisi" tutur Ikbal selaku Sekretaris Bidang SBO Cabang Cirendeu.
Menurut Ikbal, animo dari semua kader IMM Cirendeu untuk olahraga ini cukup baik, semua kader komisariat turut berpartisipasi pada acara ini. "Walaupun persepakbolaan (Indonesia) kita sedang risuh antara lembaga tertinggi sepak bola Indonesia PSSI dengan Mentri Pemuda Olahraga, ini tidak mematahkan semangat kader IMM Cirendeu untuk berolah raga futsal atau bola ini", "Semua kader mengeluarkan skill terbaiknya di FUNFUTSAL ini" sambung Ikbal.
Forum silaturahmi yang dikemas dalam kegiatan olahraga ini merupakan langkah dari bidang SBO Cabang Cirendeu untuk mempererat tali silaturahmi, sekaligus menjaga kebugaran tubuh. "Bersilaturahmi bersama kader se-Cirendeu jadi nggak ada batasan umur, jabatan, atau fakultas". Dan kegiatan ini merupakan kegiatan rutin bulanan yang dilaksanakan pada awal bulan. "In sya Allah, bulan depan kita akan mengadakan futsal with kader Cirendeu kembali", tutup Ikbal.
Rabu, 01 April 2015
Kenapa Selalu Seperti Ini?
Kekerasan merupakan
tingkah laku yang melanggar norma-norma sosial dan bertentangan dengan moral
kemanusaiaan yang ada pada negara maupun agama. Namun yang menjadi sorotan kali
ini adalah mengenai kekerasan seksual, khususnya pemerkosaan terhadap wanita
remaja, dewasa, dan juga anak-anak.
Fenomena ini paling
sering terjadi di belahan bumi manapun, sebagai contoh kasus yang baru-baru ini
terjadi adalah kasus perampokan dan
pemerkosaan oleh seorang biarawati dari sekolah misionaris berumur 71 tahun di
Kalkuta , India. Kasus ini menambah deretan pemerkosaan yang terjadi pada
wanita khususnya di India. Tidak hanya di India saja, di Indonesia pun juga tak
luput dari tindakkan pemerkosaan. Salah satunya yang baru-baru terjadi adalah
pemerkosaan siswi SMA di kota Bandung berumur 16 tahun oleh 4 orang pria yang
salah satu pelakunya merupakan mantan atlet tinju. Dan juga yang paling
memilukan adalah kasus pemerkosaan pada tahun 2014 lalu, dimana sang ayah tega
memperkosa anak kandung yang masih berumur 13 tahun ketika istri sedang mencari
nafkah. Tragisnya si ayah tersebut melakukan hal keji tersebut selama 4 bulan
dan sebanyak 35 kali. Sungguh keji, tapi inilah realita yang harus kita terima.
Seperti yang kita
ketahui bahwa kekerasan seksual khususnya pemerkosaan dapat mengakibatkan
cedera fisik bagi wanita itu sendiri. Dan hal yang terburuk adalah kehamilan
yang tidak diinginkan, dimana kehamilan tersebut akan menjadi beban yang harus
dipikul baik terhadap korban maupun keluarganya dalam menghadapi kehidupan
selanjutnya karena dia harus membesarkan dan mengasuh anak hasil perkosaan,
yang pada umumnya orang-orang mengatakan “anak haram”. Dampak lainnya yang
dapat terjadi adalah stress akut atau depresi berat yang kadang menyebabkan
korban menjadi gila karena merasa dirinya tidak normal lagi, kotor, berdosa dan
tidak berguna. Selain itu perkosaan juga dapat mengakibatkan kematian apabila
korban merasa putus asa dan tidak dapat menahan tekanan, atau bisa juga
tertular penyakit seksual yang tidak dapat disembuhkan. Hal ini menunjukkan
bahwa korban perkosaan menanggung penderitaan psikologis yang berat karena
kekerasan yang dialaminya.
Dari fenomena yang ada muncul pertanyaan, kenapa hal
tersebut? dan bagaimana bisa?
Banyak orang beranggapan bahwa kasus kekerasan seksual,
dalam hal ini pemerkosaan terhadap wanita
terjadi karena faktor wanita sendiri. Dan yang sering menjadi poin
permasalahan adalah karena faktor cara berpakaian wanita itu sendiri dan nafsu
seks pria tak terkendali apabila dan setelah melihat wanita berpakaian mini.
Statement ada benarnya juga, akan tetapi bagaimana dengan negara-negara yang
berada di Timur Tengah yang sebagian wanitanyanya hampir menutup aurat? Apakah
tidak ada tindak pemerkosaan di sana?
Perlu ditekankan, jangan beranggapan penuh bahwa wanita
satu-satunya penyebab utama terjadinya kasus tersebut. Persepsi dan opini
tentang wanita penyebab utama sering diumbar-umbarkan ketika terjadi kasus
tersebut. Pemikiran dangkal dan sederhana ini hanyalah anggapan semata tanpa
adanya dasar yang kuat dan tidak melakukan riset dan penelitian. Hal ini
seakan-akan sepenuhnya wanitalah yang menyebabkan sebuah pemerkosaan terjadi.
Sudah menjadi korban pemerkosaan dan disalahkan juga sebagai penyebabnya.
Apakah ini adil ?
Sebenarnya ada faktor lain yang menyebabkan terjadinya
kasus pemerkosaan. Salah satu di antaranya pergaulan sehari-hari dan lingkungan
juga, bagaimana kita berinteraksi dan dengan siapa kita menghabiskan waktu
serta berinteraksi sosial setiap harinya. Didukung pula dengan penggunaan media
sosial yang ada.
Dan faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan adalah
motif dari si pelaku, situasi, dan kesempatan. Pada contoh kasus yang sudah
dipaparkan ada beberapa tindakan pemerkosaan yang dilakukan karena adanya
faktor yang sudah disebutkan. Berbeda dari tujuan awal pelaku yang mungkin
sebenarnya hanya ingin melakukan satu tindak kejahatan, akan tetapi melihat
adanya situasi, dan kesempatan maka pelaku tidak segan untuk melakukan tindak
asusila tersebut.
Namun mengacu pada realita yang ada, tidak sedikit pelaku
pemerkosaan mendapatkan hukuman yang dirasa tidak sesuai dengan apa yang telah
mereka perbuat, hal ini tidak dapat memberikan efek jera pada si pelaku yang
pada akhirnya melakukan hal yang sama kembali pada korban lainnya.
Kekerasan seksual
tidak pandang bulu. Tidak memandang umur, status sosial, kerabat maupun
kedudukan. Bisa saja ini terjadi pada teman kita, anggota keluarga kita, atau
pun orang-orang yang berada di sekitar kita. Lalu bagaimana bila hal ini
terjadi pada kita, keluarga kita, teman-teman kita, dan orang disekitar kita?
Merasakan beban dan derita perih yang tidak ingin kita rasakan. Tentu hal ini
tidak ingin kita alami. Dan pertanyaan yang paling penting, apa yang harus kita
lakukan? Menerimanya?
Sumber
: detik.com, kompas.com, bbc.com, kompasiana.com