Menjadi IMMawati TANGGUH
Apabila
mendengar kata IMMawati apa yang akan dipersepsikan olehmu? Pastinya penyerapan
kata IMMawati bagi kader IMM khususnya perempuan diartikan beragam macam.
Mungkin ada yang memahaminya dengan apatis, serius dan atau bahkan menjadi
guyonan. Setiap kader IMM memiliki title sendiri untuk disebut sebagai IMMawan
dan IMMawati, tetapi sungguh menjadi kader itu adalah hal yang tidak mudah
tetapi niatkan bahwa menjadi kader IMM adalah hal yang menarik dan asik untuk
dilakoni.
Trilogi
IMM mengajarkan kita menjadi pribadi yang taat dalam beragama, tekun dalam
intelektual dan peka terhadap sosial. Kader IMM yang betul – betul memahami
trilogi IMM akan terus belajar untuk mengaplikasikan minimal dalam kehidupan
sehari – harinya. Yang dulunya merasa hidup amburadul menjadi lebih baik, yang
dulunya merasa baik menjadi tambah baik dan seterusnya.
Kader
IMMawati era globalisasi sekarang perlu memahami hal diatas sebagai barometer
hidupnya bahwa dia menjadi seorang yang memikul amanah dipundaknya untuk
menjadi sosok perempuan yang anggun dalam moral dan unggul dalam intelektual.
Banyak dari kita memandang bahwa merasa nikmat menjadi kaum sosialita, pulang
pergi ke mall, berbelanja yang tidak disesuaikan dengan kebutuhan dan lain –
lain. Seharusnya dengan title IMMawati didepan nama, kita memahami hakikat diri
kita mengikuti pengkaderan IMM.
IMM
bukan semacam organisasi yang masuk untuk menjadi pengurus dan lengser sebagai
demisioner dan setelah itu menganggap diri tidak terikat lagi dengan organisasi
IMM. Disetiap langkah kita dari memulai pengkaderan, kita sudah memikul amanah,
baik untuk meneruskan dakwah persyarikatan, membekali diri dengan keilmuan dan
memahami fenomena sosial.
IMMawati
perlu menyadari bahwa sebagai kader IMM dan calon madrasah bagi generasi
penerus bahwa setiap langkah kehidupan ini merupakan proses pembelajaran menuju
yang lebih baik. Berusaha menjadi seorang yang menggiatkan keagamaan minimal
dengan terus berusaha ibadah sholat 5 waktu dan berusaha untuk tepat waktu dengan
tidak menyia – nyiakan waktu sholat serta membaca ayat – ayat Al-Qur’an minimal
satu kali dalam sehari, unggul dalam
intelektual dengan minimal membiasakan diri membaca, memahami isu – isu yang
sedang bergejolak maupun berdiskusi, serta peka terhadap fenomena sosial dengan
terus melihat lingkungan sekitar. Insya Allah setelah kita berusaha untuk
mengimplementasikannya kita dapat menjadi IMMawati yang tangguh diberbagai
aspek dengan ikhlas karena menjadi seorang yang memiliki ilmu pengetahuan saja
tidak cukup dikatakan sebagai orang yang cerdas apabila tidak peka terhadap
lingkungan dan atau fenomena sosial sehingga perlu kita menggali rasa empati
pada diri kita.
by IMMawati Nayla Nurrabany
Bidang IMMawati PC IMM Cirendeu
Periode 2015/2016
0 komentar:
Posting Komentar