Rabu, 01 April 2015

Kenapa Selalu Seperti Ini?



Kekerasan merupakan tingkah laku yang melanggar norma-norma sosial dan bertentangan dengan moral kemanusaiaan yang ada pada negara maupun agama. Namun yang menjadi sorotan kali ini adalah mengenai kekerasan seksual, khususnya pemerkosaan terhadap wanita remaja, dewasa, dan juga anak-anak.
Fenomena ini paling sering terjadi di belahan bumi manapun, sebagai contoh kasus yang baru-baru ini terjadi adalah  kasus perampokan dan pemerkosaan oleh seorang biarawati dari sekolah misionaris berumur 71 tahun di Kalkuta , India. Kasus ini menambah deretan pemerkosaan yang terjadi pada wanita khususnya di India. Tidak hanya di India saja, di Indonesia pun juga tak luput dari tindakkan pemerkosaan. Salah satunya yang baru-baru terjadi adalah pemerkosaan siswi SMA di kota Bandung berumur 16 tahun oleh 4 orang pria yang salah satu pelakunya merupakan mantan atlet tinju. Dan juga yang paling memilukan adalah kasus pemerkosaan pada tahun 2014 lalu, dimana sang ayah tega memperkosa anak kandung yang masih berumur 13 tahun ketika istri sedang mencari nafkah. Tragisnya si ayah tersebut melakukan hal keji tersebut selama 4 bulan dan sebanyak 35 kali. Sungguh keji, tapi inilah realita yang harus kita terima.
Seperti yang kita ketahui bahwa kekerasan seksual khususnya pemerkosaan dapat mengakibatkan cedera fisik bagi wanita itu sendiri. Dan hal yang terburuk adalah kehamilan yang tidak diinginkan, dimana kehamilan tersebut akan menjadi beban yang harus dipikul baik terhadap korban maupun keluarganya dalam menghadapi kehidupan selanjutnya karena dia harus membesarkan dan mengasuh anak hasil perkosaan, yang pada umumnya orang-orang mengatakan “anak haram”. Dampak lainnya yang dapat terjadi adalah stress akut atau depresi berat yang kadang menyebabkan korban menjadi gila karena merasa dirinya tidak normal lagi, kotor, berdosa dan tidak berguna. Selain itu perkosaan juga dapat mengakibatkan kematian apabila korban merasa putus asa dan tidak dapat menahan tekanan, atau bisa juga tertular penyakit seksual yang tidak dapat disembuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa korban perkosaan menanggung penderitaan psikologis yang berat karena kekerasan yang dialaminya.
Dari fenomena yang ada muncul pertanyaan, kenapa hal tersebut? dan bagaimana bisa?
Banyak orang beranggapan bahwa kasus kekerasan seksual, dalam hal ini pemerkosaan terhadap wanita  terjadi karena faktor wanita sendiri. Dan yang sering menjadi poin permasalahan adalah karena faktor cara berpakaian wanita itu sendiri dan nafsu seks pria tak terkendali apabila dan setelah melihat wanita berpakaian mini. Statement ada benarnya juga, akan tetapi bagaimana dengan negara-negara yang berada di Timur Tengah yang sebagian wanitanyanya hampir menutup aurat? Apakah tidak ada tindak pemerkosaan di sana?
Perlu ditekankan, jangan beranggapan penuh bahwa wanita satu-satunya penyebab utama terjadinya kasus tersebut. Persepsi dan opini tentang wanita penyebab utama sering diumbar-umbarkan ketika terjadi kasus tersebut. Pemikiran dangkal dan sederhana ini hanyalah anggapan semata tanpa adanya dasar yang kuat dan tidak melakukan riset dan penelitian. Hal ini seakan-akan sepenuhnya wanitalah yang menyebabkan sebuah pemerkosaan terjadi. Sudah menjadi korban pemerkosaan dan disalahkan juga sebagai penyebabnya. Apakah ini adil ?
Sebenarnya ada faktor lain yang menyebabkan terjadinya kasus pemerkosaan. Salah satu di antaranya pergaulan sehari-hari dan lingkungan juga, bagaimana kita berinteraksi dan dengan siapa kita menghabiskan waktu serta berinteraksi sosial setiap harinya. Didukung pula dengan penggunaan media sosial yang ada.
Dan faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan adalah motif dari si pelaku, situasi, dan kesempatan. Pada contoh kasus yang sudah dipaparkan ada beberapa tindakan pemerkosaan yang dilakukan karena adanya faktor yang sudah disebutkan. Berbeda dari tujuan awal pelaku yang mungkin sebenarnya hanya ingin melakukan satu tindak kejahatan, akan tetapi melihat adanya situasi, dan kesempatan maka pelaku tidak segan untuk melakukan tindak asusila tersebut.
Namun mengacu pada realita yang ada, tidak sedikit pelaku pemerkosaan mendapatkan hukuman yang dirasa tidak sesuai dengan apa yang telah mereka perbuat, hal ini tidak dapat memberikan efek jera pada si pelaku yang pada akhirnya melakukan hal yang sama kembali pada korban lainnya.
Kekerasan seksual  tidak pandang bulu. Tidak memandang umur, status sosial, kerabat maupun kedudukan. Bisa saja ini terjadi pada teman kita, anggota keluarga kita, atau pun orang-orang yang berada di sekitar kita. Lalu bagaimana bila hal ini terjadi pada kita, keluarga kita, teman-teman kita, dan orang disekitar kita? Merasakan beban dan derita perih yang tidak ingin kita rasakan. Tentu hal ini tidak ingin kita alami. Dan pertanyaan yang paling penting, apa yang harus kita lakukan? Menerimanya?

Sumber : detik.com, kompas.com, bbc.com, kompasiana.com



Wildan Indra Muttaqin

0 komentar:

Posting Komentar