Kamis, 22 Desember 2016

Mahasiswa Pengubah Bangsa




Mahasiswa Pengubah Bangsa

Gerakan Mahasiswa adalah bagian menarik untuk dibahas secara sejarah gerakan. Pada satu sisi, gerakan mahasiswa mampu mewujudkan transformasi nilai (transformation value) dalam struktur sosial namun pada sisi yang lain masih terjadinya kefakuman eksistensi gerakan pada saat ini.
Mahasiswa adalah salah satu bagian terpenting dalam setiap perjalanan dalam bangsa Iandonesia. Gerakan kemahasiswan atau kepemudaan Indonesia tidak jauh beda dengan pergerakan kemahasiswan di negara lain, di luar Indonesia. Pergerakan kemahasiswaan atau kepemudaan dimulai pada saat momentum pendirian organisasi modern pertama di Indonesia, yaitu organisasi Boedi Utomo pada tahun 1908. Dari situlah gerakan kemahasiswan Indonesia terus berkembang sampai saat ini. 
Padahal perubahan-perubahan yang dialami Indonesia juga tak luput dari pergerakan mahasiswa dan juga karena ada peran pemuda di dalamnya. Pergerakan kemahasiswaan mulai bergeliat di Indonesia pada saat kemerdekan Indonesia. Salah satu pergerakan kemahasiswan setelah kemerdekan Indonesia adalah sekitar tahun 1965.
Ada beberapa  klimaks perjuangan dan pergerakan  mahasiswa Indonesia pada tahun 1966 dan tahun 1998, di mana dua rezim otoriter pada saat itu berhasil diruntuhkan oleh mahasiswa yang tergabung di beberapa organisasi kemahasiswaan di Indonesia. Adapun tahun-tahun bersejarah bagi pergerakan mahasiswa Indonesia yaitu :
1.) 1908 : Terbentuknya Budi Utomo
2.) 1928 : Sumpah Pemuda
3.) 1945 : Proklamasi dan Perjuangan Fisik
4.) 1966 : Tritura dan Runtuhnya Rezim Orde Lama
5.) 1974 : Peristiwa Malari
6.) 1978 : Pembelengguan Kemerdekaan Mahasiswa melalui NKK/BKK
7.) 1998 : Aksi Reformasi dan Tragedi Semanggi.

Itulah bagian dari beberapa sejarah pergerakan kemahasiswan yang ada di Indonesia. Tetapi kita ketahui mahasiswa Indonesia beberapa tahun setelah aksi reformasi ini, pergerakan kemahasiswaan di dalam maupun di luar kampus pada saat ini sedikit mati suri tanpa lagi ada pergerakan yang terorganisir secara besar dalam menyikapi persoalan-persolan bangsa ini. Kegiatan-kegiatan keintelektualitasan seperti forum-forum diskusi yang berada di dalam kampus pun sudah mulai berkurang dan hanya kegiatan-kegiatan yang bersifat seremonial dalam kampus yang sering dilakukan. Kelembagaan-kelembagaan intra kampus pun banyak yang mati suri, begitu pula yang terjadi di dalam Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Padahal kita ketahui kampus adalah tempat kita, mahasiswa untuk mencari ilmu, tempat berimajinasi, serta tempat kita untuk bertukar fikiran dengan yang lain. Sebenarnya dunia kampus adalah dunia beragama, kampus juga tempat kita untuk mencari identitas. Dan pada masa sekarang ini mahasiswa sudah jarang melakukan aksi-aksi demonstrasi  yang membawa kepentingan aspirasi rakyat. Ini menandakan kesadaran mahasiswa sekarang ini sudah berkurang jauh sekali.
“Mahasiswa mengalami gejala disorientasi sosail-politik terhadap fungsi dan perannya sebagai agent of change (agen perubahan), sehingga mahasiswa menjadi kelompok masyarakat yang mudah sekali diprovokasi dan dimobilisasi untuk kepentingan individu maupun kelompok tertentu”  (Subiran, 2012: 455) .[1]
Dari apa yang dikemukakan ini, kita sebagai mahasiswa pada saat ini sudah banyak yang melupakan fungsi sebagai mahasiswa, yaitu:
1. Agent Of Change (Generasi Perubahan)
Mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan. Artinya jika ada sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar dan itu salah, mahasiswa dituntut untuk merubahnya sesuai dengan harapan sesungguhnya.
2. Social Control (Generasi Pengontrol)
Sebagai generasi pengontrol, seorang mahasiswa diharapkan mampu mengendalikan keadaan sosial yang ada di lingkungan sekitar. Jadi, selain pintar dalam bidang akademis, mahasiswa juga harus pintar dalam bersosialisasi dan memiliki kepekaan dengan lingkungan.
3. Iron Stock (Generasi Penerus)
Sebagai tulang punggung bangsa di masa depan, mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya di pemerintahan kelak.

Untuk membangun gerakan mahasiswa pada saat ini, untuk menuju Indonesia berkemajuan tidaklah sepenuhnya di bebankan kepada mahasiswa sepenuhnya. Tetapi juga peran serta dan tanggung jawab lembaga pendidikan kampus untuk mewujudkan itu. Kampus memiliki fungsi strategis untuk membina dan menuntun mahasiswa ke arah yang lebih baik serta membantu menumbuhkan semangat-semangat untuk menjalankan fungsi-fungsi mahasiswa. Pembinaan yang intensif terhadap kelembagaan intra kampus untuk membina para mahasiswa untuk menumbuh kembangkan kembali semangat-semagat pergerakan dan sebagai wadah untuk menambah pengetahuan.
Revitalisasi ini mungkin sangat pas bagi kami untuk menumbuhkan kembali Gerakan Mahasiswa Menuju Indonesia Berkemajuan. “Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Revitalisasi berarti proses, cara, dan perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya (tidak penting).”
Kita sebagai mahasiswa harus sudah memulais intropeksi diri  dan berevaluasi diri kita sendiri sebelum kita membangun gerakan untuk menuju Indonesia berkemajuan. Karena kalau bukan dimulai dari kita sendiri, gerakan itu tidak akan berjalan ataupun terwujud.
Menurut Kundjaraningrat, untuk mengubah mentalitas yang lemah itu ada empat jalan, meliputi; memberi contoh yang baik, memberi perangsang yang cocok, persuasif (mengajak secara halus), serta pembinaan dan pengasuhan generasi baru untuk masa yang akan datang khususnya dalam hal pembangunan moralitas.
Beberpa masalah dan tantangan yang kita sebagai mahasiswa untuk membangun gerakan menuju Indonesia berkemajuan.  Salah satu permasalahan yang dihadapi kita sebagai mahasiswa saat ini adalah pada konsisten  gerakan, apakah kita konsisten dengan gerakan yang akan kita lakukan nantinya.
Sebelum kita membicarakan bagaimana cara kita untuk membangun Indonesia yang berkemajuan, kita harus melihat masalah-masalah yang ada atau tantangan yang kita hadapi nantinya.
Kita sebagai mahasiswa harus bisa membangun peradaban yang maju dengan karakter bangsa yang kita punyai. Yaitu dengan mengembalikan Pancasila sebagai dasar pemikiran kita untuk membangun Indonesia berkemajuan. Karena banyak mahasiswa sekarang ini yang sudah melupakan dasar-dasar Pancasila untuk membangun bangsa ini.
Gerakan-gerakan yang dilakukan mahasiswa juga harus mempunyai konsep yang tepat, namun sebaliknya jika tanpa perencanaan dan kerjasama dengan elemen lainnya maka tidak akan ada hasil yang memuaskan. Begitupula dalam membangun sebuah peradaban, dibutuhkan kesadaran yang tinggi dan kerjasama dari setiap perangkat negara, yakni para ulil amri dan ummat yang terlibat dalam suatu negara.
Kita sebagai mahasiswa juga harus bisa menempatkan diri di tengah-tengah arus globalisasi, globalisasi dan perubahan sosial dalam kehidupan sehari. Sebagai mahasiswa, kita juga harus bisa meguasai sektor-sektor penting yang ada. Memaksimalkan potensi kita sebagai mahasiswa untuk membangun gerakan untuk Indonesia berkemajuan.
Potensi yang tersimpan merupakan sesuatu yang perlu untuk digali dan dikembangkan, baik itu yang baik maupun yang buruk. Potensi mahasiswa sebagai pemuda antara lain adalah kritis. Kritis adalah tanggap terhadap masalah dan berusaha menyelesaikan masalah dengan pemikiran-pemikiran yang benar. Selain kritis mahasiswa juga punya potensi idealis. Idealis di sini karena mahasiswa sebagai manusia-manusia yang dididik dalam suasana kampus yang ideal. Masyarakat sekitar mereka yang idealis ataupun sejak kecil mereka belum pernah merasakan realism kehidupan. Mahasiswa juga memiliki potensi sebagai penggerak yang independen. Independen yang dimaksud adalah mahasiswa mampu bergerak sendiri, mahasiswa memiliki ilmu-ilmu yang variatif, bisa saling berkoordinasi membentuk sebuah gerakan yang mandiri tanpa campur tangan oknum lain termasuk pemerintahan. Selain itu juga mahasiswa memiliki kreatifitas, daya juang yang tinggi dan lain-lain.
Dari kutipan tersebut kita sebagai mahasiswa sebenarnya dapat membangun gerakan. Gerakan yang dapat merubah Indonesia seperti gerakan-gerakan yang sudah pernah terjadi di masa lalu, gerakan tidaklah selalu turun ke jalan. Gerakan untuk memikirkan bagaimana cara untuk  menuju Indonesia berkemajuan, pada era ini.
Ketika kita ingin membangun gerakan, kita juga harus mempunyai arah gerakan yang jelas. Masa lalu pasti akan berbeda dengan masa sekarang dan masa depan. Teknologi canggih, informasi yang cepat, serta pergaulan global menjadikan bagian yang baru berada di tengah-tengah kita. Alat teknologi harus kita manfaatkan untuk menjadi bagian strategi dari gerakan  menuju Indonesia berkemajuan, tidak akan mudah dan berhasil tanpa dimulai dari langkah-langkah strategis.
Selain itu, mahasiswa juga sebagai kaum intelektualitas saat ini harusnya juga kembali menumbuhkan budaya membaca, menulis, penelitian, survey, maupun budaya keintelektualan yang lain. Agar nantinya harapan besar bangsa ini dari gerakan mahasiswa untuk menuju Indonesia berkemajuan akan tercapai. Melihat keterpurukan bangsa kita, peran kita sebagai mahasiswa  sangat diharapkan. Munculnya gerakan mahasiswa baru untuk menawarkan solusi dan mengangkat bangsa ini dari kemerosotan pada saat ini setelah terjadinya gerakan 1998 untuk menuju Indonesia berkemajuan akan tercapai.
Bagian strategis untuk menuju Indonesia berkemajuan juga harus melakukan pembangunan yang dilakukan untuk mengokohkan peradaban bangsa, hendaknya dilakukan secara menyeluruh tanpa menitikberatkan pada satu permasalahan  semata. Bahkan seharusnya pembangunan yang harus  berkesinambungan ini tidaklah meninggalkan aspek-aspek vital seperti spritualitas, moralitas dan mentalitas. Semoga harapan kita semua untuk membangun pergerakan mahasiswa menuju Indonesia berkemajuan menjadi harapan yang tak sekedar harapan saja.

                            
Referensi :
Subiran, negara katanya,(Jakarta: IMKj, 2012), http://penulisjalanan.wordpress.com
Parakitri T,(jakarta: Grafika,2006)



Created by :
Azwardi Novaris & Wahid Hasim
(Bidang Organisasi PC IMM Cirendeu)

Editor :
Bidang RPK PC IMM Cirendeu




 

0 komentar:

Posting Komentar