KEBAHAGIAAN?
Bahagia,
sebuah harapan yang siapapun pasti ingin mendapatkannya. Kebahagiaan
seolah-olah menjadi suatu hal yang didambakan dalam kehidupan manusia pada
umumnya. Hal ini terlihat dengan adanya realita yang menunjukkan bahwa manusia
akan dan selalu berusaha untuk mengupayakan tercapainya kebahagiaan dalam
menjalani hidup. Namun, kebahagiaan yang didambakan oleh setiap manusia masih
berada pada titik yang tidak tetap (labil). Dalam artian bahwa definisi dari
kebahagiaan itu sendiri masih belum “disepakati” dalam perspektif kebanyakan
orang. Dinamika kebahagiaan hidup manusia tampak begitu bervariasi antara satu
kebahagiaan dengan kebahagiaan yang lain.
Gambar
di atas adalah riset dari Cambridge University tentang Negara manakah yang
paling bahagia di muka bumi ini. Dari gambar tersebut, ada 6 (enam) faktor yang
digunakan sebagai tolak ukur penilaian kebahagiaan, yaitu pendapatan per
kapita, dukungan sosial, hidup yang sehat, kebebasan sosial, kedermawanan dan lainnya.
Ternyata, uang adalah salah satu yang menjadi tolak ukur dari penilaian
tersebut. Sama seperti yang telah dikatakan oleh sang filsuf, Aristoteles bahwa seseorang yang bahagia menurut
beliau adalah orang yang mempunyai good birth, good health, good look, good
luck, good reputation, good friends, good money and goodness. Derajat
kebahagiaan yang hakiki sebetulnya tidak dapat diukur dari seberapa banyak
nilai uang yang dimiliki, setinggi mana jabatan yang diduduki dan sebesar apa
rumah yang didiami. Karena kenyataannya, banyak orang yang sudah memiliki uang
banyak, tapi tidurnya tidak nyenyak. Banyak pula rumah mewah yang menampakkan
kemapanan, tapi di dalamnya ada kedengkian dan dendam.
Manusia
memiliki sifat yang tidak pernah puas terhadap apa yang telah dimilikinya saat
ini. Maka dari itu, ketika seseorang telah merasakan kebahagiaan akan suatu
hal, dia akan terus mencari kebahagiaan lain yang bisa membuat dirinya lebih
bahagia lagi dan akan selalu seperti itu. Bukankah kebahagiaan itu semakin
dicari semakin kabur, ia akan semakin samar?
Ada
teori pembeda yang sederhana dari seorang pendiri Ilmu Histografi, Sosiologi
dan Ekonomi, yaitu Ibnu Khaldun. Menurut beliau, makna dari kebahagiaan adalah:
“Bahagia
adalah jika engkau benar-benar ridha pada putusan Allah SWT”.
Itulah
teori sederhana yang nyata dari makna kebahagiaan seorang muslim. Allah SWT
juga berfirman pada QS. Ibrahim: 7 yang artinya, “Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu
memaklumkan: sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih”.
Jadi,
selalu bersyukur dan berbahagialah dengan apa yang kita miliki saat ini.
Karena, kebahagiaan yang hakiki bukan hanya soal harta atau tahta, tapi
kebahagiaan adalah bagaimana seseorang mampu melakukan sesuatu yang bermakna
dan tulus, sehingga memancarkan ketenangan dan kedamaian. Seseorang yang
bahagia adalah seseorang yang apabila mendapat nikmat dia bersyukur, apabila mendapat
ujian dia bersabar dan apabila berbuat dosa dia beristighfar.
Created
by : IMMawati Faizatunnisa
Editor
by : Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan PC IMM CIrendeu
0 komentar:
Posting Komentar