Kamis, 24 November 2016

KEBAHAGIAAN

KEBAHAGIAAN?

Bahagia, sebuah harapan yang siapapun pasti ingin mendapatkannya. Kebahagiaan seolah-olah menjadi suatu hal yang didambakan dalam kehidupan manusia pada umumnya. Hal ini terlihat dengan adanya realita yang menunjukkan bahwa manusia akan dan selalu berusaha untuk mengupayakan tercapainya kebahagiaan dalam menjalani hidup. Namun, kebahagiaan yang didambakan oleh setiap manusia masih berada pada titik yang tidak tetap (labil). Dalam artian bahwa definisi dari kebahagiaan itu sendiri masih belum “disepakati” dalam perspektif kebanyakan orang. Dinamika kebahagiaan hidup manusia tampak begitu bervariasi antara satu kebahagiaan dengan kebahagiaan yang lain.
Gambar di atas adalah riset dari Cambridge University tentang Negara manakah yang paling bahagia di muka bumi ini. Dari gambar tersebut, ada 6 (enam) faktor yang digunakan sebagai tolak ukur penilaian kebahagiaan, yaitu pendapatan per kapita, dukungan sosial, hidup yang sehat, kebebasan sosial, kedermawanan dan lainnya. Ternyata, uang adalah salah satu yang menjadi tolak ukur dari penilaian tersebut. Sama seperti yang telah dikatakan oleh sang filsuf, Aristoteles bahwa seseorang yang bahagia menurut beliau adalah orang yang mempunyai good birth, good health, good look, good luck, good reputation, good friends, good money and goodness. Derajat kebahagiaan yang hakiki sebetulnya tidak dapat diukur dari seberapa banyak nilai uang yang dimiliki, setinggi mana jabatan yang diduduki dan sebesar apa rumah yang didiami. Karena kenyataannya, banyak orang yang sudah memiliki uang banyak, tapi tidurnya tidak nyenyak. Banyak pula rumah mewah yang menampakkan kemapanan, tapi di dalamnya ada kedengkian dan dendam.
Manusia memiliki sifat yang tidak pernah puas terhadap apa yang telah dimilikinya saat ini. Maka dari itu, ketika seseorang telah merasakan kebahagiaan akan suatu hal, dia akan terus mencari kebahagiaan lain yang bisa membuat dirinya lebih bahagia lagi dan akan selalu seperti itu. Bukankah kebahagiaan itu semakin dicari semakin kabur, ia akan semakin samar?
Ada teori pembeda yang sederhana dari seorang pendiri Ilmu Histografi, Sosiologi dan Ekonomi, yaitu Ibnu Khaldun. Menurut beliau, makna dari kebahagiaan adalah:
“Bahagia adalah jika engkau benar-benar ridha pada putusan Allah SWT”.
Itulah teori sederhana yang nyata dari makna kebahagiaan seorang muslim. Allah SWT juga berfirman pada QS. Ibrahim: 7 yang artinya, “Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan: sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
Jadi, selalu bersyukur dan berbahagialah dengan apa yang kita miliki saat ini. Karena, kebahagiaan yang hakiki bukan hanya soal harta atau tahta, tapi kebahagiaan adalah bagaimana seseorang mampu melakukan sesuatu yang bermakna dan tulus, sehingga memancarkan ketenangan dan kedamaian. Seseorang yang bahagia adalah seseorang yang apabila mendapat nikmat dia bersyukur, apabila mendapat ujian dia bersabar dan apabila berbuat dosa dia beristighfar.


Created by : IMMawati Faizatunnisa
Bendahara Umum PC IMM Cirendeu Periode 2015-2016
Editor by : Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan PC IMM CIrendeu

0 komentar:

Posting Komentar